Pesan Ustadz Abu Umar Abdillah Hafidzahullah Saat Raker Perdana PAZTI (Sekarang PAPKA) Untuk Semua Paztrooper
 Untuk Semua Paztrooper.webp)
Sambutan Ustadz Abu Umar Abdillah Saat Raker Pertama PAZTI (sekarang namanya PAPKA) di Magelang, 7 Nopember 2019. Beliau sampaikan beberapa point point yang berharga untuk segenap paztrooper.
Kami muat ulang transkripnya di sini, semoga tetap menjadi ilmu dan pegangan buat kita bersama, beliau sampaikan kurang lebih:
Sebuah anugerah atau nikmat dari Allah itu tidak cukup dipahami sebagai sebuah pemberian saja. Karena kalau berhenti hanya pada "pemberian dari Allah", ternyata Qarun juga mengakui itu. Qarun ketika ditanya dari mana ia mendapatkan hartanya, dia tidak mengatakan “saya mendapatkan”, tapi “saya diberi harta ini”. Jadi dia juga mengakui itu sebagai pemberian.
Kalimat ini sebenarnya mirip dengan apa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman ketika mendapatkan karunia dari Allah: “Ini adalah karunia dari Rabbku.” Bedanya, Qarun mengatakan “saya diberi harta ini” lalu menambahkan, “karena ilmu yang saya punya.” Sedangkan Nabi Sulaiman melanjutkan bahwa harta itu untuk mengujinya, bukan sebagai bukti bahwa dirinya hebat.
Jadi nikmat, karunia, kemudahan, termasuk kemampuan memahami dan menyampaikan PAZ, itu bukan validasi bahwa kita sudah paling benar atau paling baik. Tapi itu adalah ujian, selama kita masih hidup. Bahkan musibah, bahkan maksiat pun bisa jadi ujian. Apakah kita akan sabar dan mengambil pelajaran, atau malah larut?
PAZ adalah titipan ilmu dari Allah. Ini peluang kebaikan, dan peluang ini Masya Allah... sangat banyak memberi manfaat. Bahkan lebih banyak memberi manfaat kepada pelakunya—paztroopernya—dibanding kepada pasiennya. Sebagaimana orang bersedekah lebih utama daripada yang menerima sedekah.
Karena itu, setiap peluang kebaikan selalu akan diikuti oleh ujian. Bahkan syaitan akan mencari cara untuk menggeser niat dan orientasi kita. Jika tidak ke kanan, maka ke kiri. Dalam bahasa ulama, selalu ada ifrod (berlebihan) dan tafrid (mengabaikan).
Misalnya, dalam hal wudhu: ada yang meremehkan, asal-asalan. Tapi ada juga yang sampai dua kulah air dihabiskan, dan masih ragu. Bahkan ada yang sampai masuk ke sungai tapi masih merasa belum yakin wudhunya sah. Itu berlebihan. Demikian pula dengan niat shalat—ada yang terlalu rumit, sehingga justru tidak jadi shalat.
Nah, PAZ pun demikian. Karena ia sebuah kebaikan, maka syaitan juga akan berusaha mengganggu di sana. Bisa lewat rasa antipati dari sebagian orang—yang belum paham. Itu bukan berarti tergoda syaitan, mungkin hanya karena mereka belum tahu atau belum kenal.
Tugas kita adalah memahamkan, bukan membuat mereka antipati. Jangan sampai mereka yang niatnya awalnya tulus jadi mundur, karena kita terlalu ekstrem dalam menyikapi.
Ada juga ujian dari kalangan yang pro. Karena cinta, karena semangat, kadang lupa menjaga batas. Muncul rasa yakin bahwa “pasti sembuh”, “pasti bisa”, dan lupa bahwa penyembuh adalah Allah, bukan metode.
Kesembuhan itu tidak matematis. Kita bisa saja menerapi dan ternyata belum sembuh. Itu bukan kegagalan. Justru itu baik: mengikis rasa sombong, dan menyadarkan bahwa kita masih harus terus belajar. Dulu saya di komunitas ruqyah, kalau tidak berhasil malah melow, padahal itu anugerah, bukan kegagalan.
Kalau semua terapi langsung berhasil, bisa-bisa kita cepat besar kepala, dan datang orang dari seluruh Indonesia berharap hal yang sama. Padahal kesembuhan itu datang dari Allah, bukan dari kita.
Jadi, kalau menerapi lalu belum sembuh, itu bukan mudharat. Itu justru proses terapi bagi hati kita sendiri. Kita dididik oleh Allah untuk sabar dan tidak merasa “paling”.
Dan ingat, setiap peluang kebaikan itu selalu berpotensi menggeser niat kita, karena ada fitnah di dalamnya: fitnah wanita, fitnah harta, dan fitnah ketenaran. Kadang ketika tahu pasien itu kelihatan “punya uang”, semangat kita berubah. Satu jurus dihitung berapa, muncul perhitungan duniawi. Ini bagian dari fitnah mal (harta).
Ada juga fitnah suhrah (ketenaran). Ingin disebut paling hebat, paling viral. Maka semua ini adalah ujian yang harus kita waspadai.
Dan karena kita berada dalam amal jama’i (kerja kolektif), ujian juga bisa datang dari sesama anggota. Ini penting dipahami. Karena kadang yang paling menyakitkan adalah dari teman sendiri. Tapi itu bagian dari ujian.
Allah berfirman: “Kami jadikan sebagian kamu sebagai ujian bagi sebagian yang lain: Apakah kalian bersabar?”
Suami jadi ujian bagi istri, istri jadi ujian bagi suami. Anak jadi ujian bagi orang tua, orang tua juga ujian bagi anak. Umat adalah ujian bagi da’i, dan da’i ujian bagi umat. Termasuk temanmu sesama paztrooper: mereka ujian bagi kita, dan kita ujian bagi mereka.
Karena itu, jangan sampai perlakuan yang tidak kita sukai dari teman membuat kita menyimpang dari tujuan. Jangan jadi mutung. Jangan baper. Apalagi sampai menyimpang dari niat awal.
Ala kulli hal, ini adalah nasihat awal yang mudah-mudahan ke depan Allah memberkahi langkah kita semua. Semoga ini menjadi awalan yang baik untuk manajemen PAZ ke depannya. Semakin disempurnakan, semakin memberi manfaat besar kepada umat, dan menjadi bagian dari andil kebangkitan umat Islam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ringkasan Beberapa Nasehat Petingnya
Kalau kita cermati, pesan Ustadz Abu Umar Abdillah Hafidzahullah Saat Raker Perdana PAZTI (Sekarang PAPKA) Untuk Semua Paztrooper di atas mengandung beberapa poin penting seperti:
1. Ilmu dan Ladang Amal PAZ adalah Ujian
PAZ adalah nikmat dari Allah, namun bukan semata-mata karunia—melainkan ujian bagi yang menerimanya. Seperti Nabi Sulaiman, nikmat adalah sarana untuk menguji syukur, bukan validasi kehebatan diri.
2. Kesembuhan Bukan Bukti Kehebatan
Jangan merasa paling benar atau mujarab hanya karena pasien sembuh. Jika terapi belum berhasil, itu adalah cara Allah mendidik kita agar rendah hati dan terus belajar.
3. Syaitan Mengintai Setiap Peluang Kebaikan
Syaitan bisa menggeser niat: ke ekstrim kanan (ifroth) atau ekstrim kiri (tafrith). Gangguan ini bisa muncul bahkan dalam niat shalat, wudhu, hingga aktivitas terapi PAZ.
4. Waspada Tiga Fitnah:
Wanita: godaan saat menangani lawan jenis.
Harta: berubah semangat saat melihat pasien “berduit”.
Ketenaran: keinginan tampil atau merasa paling hebat.
5. Jaga Niat dalam Amal Jama’i
Gesekan antar paztrooper adalah hal biasa dan merupakan ujian ukhuwah. Jangan mutung atau baper karena perbedaan karakter.
6. Tugas Kita: Menyampaikan dengan Hikmah
Hindari pendekatan yang kaku atau arogan. Fokuslah untuk memahamkan, menyederhanakan, dan memberdayakan.
7. PAZtrooper Perlu Terus Belajar
Jangan berhenti belajar hanya karena merasa sudah berpengalaman. Allah sengaja tidak menjadikan semua sembuh agar kita tetap haus ilmu.
8. Kesembuhan Itu Urusan Allah
Terapi hanyalah perantara. Kesembuhan datang semata-mata dengan izin Allah.
Semoga bisa kembali menjadi perenungan bagi kita semua.
Anjrah Ari Susanto